Mulailah dari diri sendiri! Pesan ini begitu mulia. Sebelum kita repot-repot dengan urusan orang –yang belum tentu orang itu merasa suka kita urus- ya lebih baik kita mengurus diri sendiri dulu. Sebelum kita melihat-lihat kesalahan orang lain, sangat baik kita melihat kesalahan diri kita sendiri dulu. Sebelum kita memperbaiki orang lain, lebih baik kita perbaiki diri kita sendiri dulu.
Ada hadits lain yang sesuai dikaitkan dengan hadits di atas, “Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan ditanyai tentang kepemimpinannya.” (Riwayat Muslim). Kaitannya? Sebelum memimpin orang lain, seharusnya kita bisa memimpin diri sendiri dulu.
Kenyataannya, banyak orang yang ingin menjadi pemimpin, tetapi tidak banyak yang menyadari bahwa, untuk memimpin orang lain, seseorang terlebih dahulu harus terampil dalam memimpin diri sendiri. Hasil pimpinan orang yang nggak bisa memimpin diri sendiri bisa jadi merupakan masalah ruwet.
Sebenarnya sih, nggak bisa ditolak, entah kita jadi pemimpin orang lain atau tidak, kita pasti telah menjadi pemimpin diri sendiri. Nah, sangat baik, kalau kepemimpinan untuk diri sendiri ini kita sukseskan dulu, agar kualitas hidup kita meningkat.
Kenyataannya, banyak orang yang ingin menjadi pemimpin, tetapi tidak banyak yang menyadari bahwa, untuk memimpin orang lain, seseorang terlebih dahulu harus terampil dalam memimpin diri sendiri. Hasil pimpinan orang yang nggak bisa memimpin diri sendiri bisa jadi merupakan masalah ruwet.
Sebenarnya sih, nggak bisa ditolak, entah kita jadi pemimpin orang lain atau tidak, kita pasti telah menjadi pemimpin diri sendiri. Nah, sangat baik, kalau kepemimpinan untuk diri sendiri ini kita sukseskan dulu, agar kualitas hidup kita meningkat.
”Self-awareness”
Paham diri sendiri merupakan dasar untuk memperbaiki kinerja maupuan untuk meningkatkan rasa percaya diri, dan juga meningkatkan pemahaman terhadap orang lain. Jadi, penting bagi seorang pemimpin untuk meluangkan waktunya nggak hanya untuk memahami orang lain, tetapi terlebih dahulu adalah untuk memahami diri sendiri. Apa yang perlu kita pahami dari diri kita sendiri? Misal saja, apa nilai-nilai yang kita anutnya (misalnya: kejujuran, kerja sama, tanggung jawab), apa kelemahan dan kelebihan diri kita, apa minat kita, apa tujuan kita dalam hidup, apa yang selama ini kita perjuangkan.
Misalnya saja Bill Gates, raja bisnis dari Microsoft. Bill Gates sadar bahwa ia memang mempunyai banyak pengalaman dan minat yang tinggi di sisi teknis, tetapi masih kurang berpengalaman di sisi bisnis. Untuk itu, ia mengangkat orang lain untuk menangani sisi bisnis dari kerajaan bisnisnya, sementara ia tetap berkonsentrasi pada sisi teknologi yang menjadi minat dan keahliannya sejak awal.
Ada berbagai cara yang bisa kita lakukan untuk memahami diri. Salah satu cara adalah melalui umpan balik dari orang lain (teman, sahabat, saudara, keluarga, senior). Namun, kita juga harus bisa memilah mana masukan yang bisa kita tindak lanjuti, mana yang kita dengar saja. Cara lain, adalah dengan melakukan pengamatan terhadap reaksi orang-orang di sekitar kita (sikap mereka, ucapan mereka, tindakan mereka) dalam berinteraksi dengan kita, karena tindakan orang lain terhadap kita, umumnya merupakan cerminan dari tindakan kita kepada mereka.
Misalnya, jika kita mengasihi, maka orang lain juga cenderung mengasihi kita, jika kita menghormati pendapat orang lain, keputusan orang lain, maka sebaliknya orang lain juga akan cenderung menghormati pendapat dan keputusan kita.
Salah satu cara untuk memahami diri sendiri adalah melakukan penilaian diri (self-assessment), dengan menjawab secara jujur pertanyaan berikut: Apakah saya memimpin dengan cara yang (jika saya menjadi bawahan) bersedia untuk dipimpin?
Paham diri sendiri merupakan dasar untuk memperbaiki kinerja maupuan untuk meningkatkan rasa percaya diri, dan juga meningkatkan pemahaman terhadap orang lain. Jadi, penting bagi seorang pemimpin untuk meluangkan waktunya nggak hanya untuk memahami orang lain, tetapi terlebih dahulu adalah untuk memahami diri sendiri. Apa yang perlu kita pahami dari diri kita sendiri? Misal saja, apa nilai-nilai yang kita anutnya (misalnya: kejujuran, kerja sama, tanggung jawab), apa kelemahan dan kelebihan diri kita, apa minat kita, apa tujuan kita dalam hidup, apa yang selama ini kita perjuangkan.
Misalnya saja Bill Gates, raja bisnis dari Microsoft. Bill Gates sadar bahwa ia memang mempunyai banyak pengalaman dan minat yang tinggi di sisi teknis, tetapi masih kurang berpengalaman di sisi bisnis. Untuk itu, ia mengangkat orang lain untuk menangani sisi bisnis dari kerajaan bisnisnya, sementara ia tetap berkonsentrasi pada sisi teknologi yang menjadi minat dan keahliannya sejak awal.
Ada berbagai cara yang bisa kita lakukan untuk memahami diri. Salah satu cara adalah melalui umpan balik dari orang lain (teman, sahabat, saudara, keluarga, senior). Namun, kita juga harus bisa memilah mana masukan yang bisa kita tindak lanjuti, mana yang kita dengar saja. Cara lain, adalah dengan melakukan pengamatan terhadap reaksi orang-orang di sekitar kita (sikap mereka, ucapan mereka, tindakan mereka) dalam berinteraksi dengan kita, karena tindakan orang lain terhadap kita, umumnya merupakan cerminan dari tindakan kita kepada mereka.
Misalnya, jika kita mengasihi, maka orang lain juga cenderung mengasihi kita, jika kita menghormati pendapat orang lain, keputusan orang lain, maka sebaliknya orang lain juga akan cenderung menghormati pendapat dan keputusan kita.
Salah satu cara untuk memahami diri sendiri adalah melakukan penilaian diri (self-assessment), dengan menjawab secara jujur pertanyaan berikut: Apakah saya memimpin dengan cara yang (jika saya menjadi bawahan) bersedia untuk dipimpin?
”Self-directing”
Seorang pemimpin akan membawa orang yang dipimpinnya berangkat dari satu titik ke titik lainnya, atau dari satu kondisi ke kondisi yang dituju. Demikian pula dengan kepemimpinan diri, kita perlu menetapkan dengan jelas ke mana kita akan pergi (baca: tujuan hidup kita), sehingga kita bisa memimpin diri kita bergerak menuju tujuan hidup tersebut.
Semakin jelas tujuan hidup yang ingin kita raih, akan menjadi lebih mudah bagi kita untuk memimpin diri meraih tujuan tersebut. Dalam hal ini penetapan visi dan misi pribadi menjadi sangat penting.
Lalu bagaimana menentukan tujuan hidup? Setelah mengenal diri sendiri, tentu kita juga mengenal mimpi yang ingin kita wujudkan. Tanyakan pada diri Anda sendiri: Apa yang ingin saya capai dalam hidup ini? Apa yang menarik minat saya untuk saya perjuangkan dalam hidup ini?
Salah satu contoh adalah Kartini yang memiliki mimpi agar wanita Indonesia juga bisa mengecap pendidikan yang sama dengan yang diberikan oleh mitra mereka, kaum pria. Mimpi inilah yang menjadi titik tolak dari semua keputusan, kegiatan, dan tindakan yang diambil Kartini dalam memimpin orang-orang di sekitarnya untuk bersama-sama mewujudkan mimpi tersebut.
Seorang pemimpin akan membawa orang yang dipimpinnya berangkat dari satu titik ke titik lainnya, atau dari satu kondisi ke kondisi yang dituju. Demikian pula dengan kepemimpinan diri, kita perlu menetapkan dengan jelas ke mana kita akan pergi (baca: tujuan hidup kita), sehingga kita bisa memimpin diri kita bergerak menuju tujuan hidup tersebut.
Semakin jelas tujuan hidup yang ingin kita raih, akan menjadi lebih mudah bagi kita untuk memimpin diri meraih tujuan tersebut. Dalam hal ini penetapan visi dan misi pribadi menjadi sangat penting.
Lalu bagaimana menentukan tujuan hidup? Setelah mengenal diri sendiri, tentu kita juga mengenal mimpi yang ingin kita wujudkan. Tanyakan pada diri Anda sendiri: Apa yang ingin saya capai dalam hidup ini? Apa yang menarik minat saya untuk saya perjuangkan dalam hidup ini?
Salah satu contoh adalah Kartini yang memiliki mimpi agar wanita Indonesia juga bisa mengecap pendidikan yang sama dengan yang diberikan oleh mitra mereka, kaum pria. Mimpi inilah yang menjadi titik tolak dari semua keputusan, kegiatan, dan tindakan yang diambil Kartini dalam memimpin orang-orang di sekitarnya untuk bersama-sama mewujudkan mimpi tersebut.
”Self-managing”
Setelah kita mengetahui dengan jelas apa yang ingin kita capai, langkah selanjutnya adalah mengelola diri kita untuk mencapai tujuan tersebut.
Pengelolaan diri ini juga mempunyai langkah-langkah. Langkah pertama yang perlu kita lakukan adalah menyusun tindakan-tindakan yang akan kita lakukan dalam skala prioritas: dari yang paling penting sampai yang kurang penting. Karena keterbatasan waktu, sarana, prasarana, kita tidak bisa melakukan semua yang ingin kita lakukan sekaligus. Kita perlu menentukan tindakan ataupun keputusan yang menjadi prioritas kita pada saat ini, dan mana yang akan dikerjakan kemudian. Tentunya selain menyusun rencana tindakan berdasarkan prioritas, langkah selanjutnya adalah dengan memperhitungkan waktu pelaksanaannya.
Ada sebuah konsep menarik dari seorang ahli manajemen, yaitu konsep penting (yang dapat menunjang pencapaian tujuan hidup kita) dan genting (yang menuntut perhatian segera) dalam pengelolaan waktu. Banyak orang yang terperangkap hanya pada pelaksanaan tindakan yang genting saja (walaupun seringkali tidak penting), misalnya: seorang staf pemasaran sedang melakukan presentasi di depan calon pembeli tiba-tiba telepon genggamnya berdering, banyak orang cenderung menghentikan presentasi untuk mengangkat telepon (yang mungkin saja dari rekan sekerja yang menanyakan akan makan siang di mana hari itu).
Hal yang perlu dilatih adalah mengelola kegiatan yang penting, tanpa menunggu kegiatan tersebut menjadi genting, karena biasanya dalam kondisi genting, kita banyak melakukan kesalahan yang sebenarnya bisa kita hindari. If you fail to plan, you plan to fail (Jika kita gagal membuat rencana, kita telah membuat rencana untuk gagal), begitu kata orang bijak. Jadi, yang perlu kita lakukan agar tidak terperangkap dalam suasana genting (namun seringkali tidak penting), adalah dengan membuat perencanaan terlebih dahulu sebelum melakukan suatu tindakan.
Setelah kita mengetahui dengan jelas apa yang ingin kita capai, langkah selanjutnya adalah mengelola diri kita untuk mencapai tujuan tersebut.
Pengelolaan diri ini juga mempunyai langkah-langkah. Langkah pertama yang perlu kita lakukan adalah menyusun tindakan-tindakan yang akan kita lakukan dalam skala prioritas: dari yang paling penting sampai yang kurang penting. Karena keterbatasan waktu, sarana, prasarana, kita tidak bisa melakukan semua yang ingin kita lakukan sekaligus. Kita perlu menentukan tindakan ataupun keputusan yang menjadi prioritas kita pada saat ini, dan mana yang akan dikerjakan kemudian. Tentunya selain menyusun rencana tindakan berdasarkan prioritas, langkah selanjutnya adalah dengan memperhitungkan waktu pelaksanaannya.
Ada sebuah konsep menarik dari seorang ahli manajemen, yaitu konsep penting (yang dapat menunjang pencapaian tujuan hidup kita) dan genting (yang menuntut perhatian segera) dalam pengelolaan waktu. Banyak orang yang terperangkap hanya pada pelaksanaan tindakan yang genting saja (walaupun seringkali tidak penting), misalnya: seorang staf pemasaran sedang melakukan presentasi di depan calon pembeli tiba-tiba telepon genggamnya berdering, banyak orang cenderung menghentikan presentasi untuk mengangkat telepon (yang mungkin saja dari rekan sekerja yang menanyakan akan makan siang di mana hari itu).
Hal yang perlu dilatih adalah mengelola kegiatan yang penting, tanpa menunggu kegiatan tersebut menjadi genting, karena biasanya dalam kondisi genting, kita banyak melakukan kesalahan yang sebenarnya bisa kita hindari. If you fail to plan, you plan to fail (Jika kita gagal membuat rencana, kita telah membuat rencana untuk gagal), begitu kata orang bijak. Jadi, yang perlu kita lakukan agar tidak terperangkap dalam suasana genting (namun seringkali tidak penting), adalah dengan membuat perencanaan terlebih dahulu sebelum melakukan suatu tindakan.
”Self-accomplishment”
Setelah prioritas disusun dan jangka waktu penyelesaiannya diatur dengan baik, langkah selanjutnya adalah melaksanakan yang sudah direncanakan tersebut. Untuk itu kita perlu mengidentifikasi sarana, prasarana yang sudah ada dan yang perlu ditambah; keterampilan yang sudah kita kuasai yang dapat menunjang penyelesaian tindakan dan keterampilan yang masih harus kita pelajari untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan adanya tujuan yang jelas, prioritas yang sudah disusun, serta rencana yang matang (dengan berbagai skenario kemungkinan), kita akan lebih siap untuk meraih cita-cita kita. Sekalipun ada hambatan yang harus kita hadapi, kita tidak khawatir lagi, karena berbagai hambatan tersebut sudah diantisipasi sebelumnya, dan kita pun sudah menyiapkan Rencana B (seandainya Skenario A gagal diwujudkan).
Dalam mencapai sebuah cita-cita, kita perlu keyakinan dan komitmen yang tinggi. Dengan keyakinan diri yang tinggi untuk sukses, akan lebih mudah bagi kita untuk meyakinkan orang lain untuk berjuang juga. Dengan komitmen yang tinggi, kita tidak rentan terhadap godaan, hambatan, dan masalah, dan orang lain juga akan lebih percaya kepada kita sebagai pemimpin dengan melihat dedikasi kita pada tercapainya tujuan.
Keyakinan yang teguh, serta komitmen yang tinggi perlu ditunjang dengan upaya pengembangan diri yang berkelanjutan. Tanpa meng-update diri terhadap perkembangan yang terjadi, terutama di seputar bidang yang kita perjuangkan, kita akan terlibas oleh perubahan yang mengikuti perkembangan tersebut.
Setelah prioritas disusun dan jangka waktu penyelesaiannya diatur dengan baik, langkah selanjutnya adalah melaksanakan yang sudah direncanakan tersebut. Untuk itu kita perlu mengidentifikasi sarana, prasarana yang sudah ada dan yang perlu ditambah; keterampilan yang sudah kita kuasai yang dapat menunjang penyelesaian tindakan dan keterampilan yang masih harus kita pelajari untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan adanya tujuan yang jelas, prioritas yang sudah disusun, serta rencana yang matang (dengan berbagai skenario kemungkinan), kita akan lebih siap untuk meraih cita-cita kita. Sekalipun ada hambatan yang harus kita hadapi, kita tidak khawatir lagi, karena berbagai hambatan tersebut sudah diantisipasi sebelumnya, dan kita pun sudah menyiapkan Rencana B (seandainya Skenario A gagal diwujudkan).
Dalam mencapai sebuah cita-cita, kita perlu keyakinan dan komitmen yang tinggi. Dengan keyakinan diri yang tinggi untuk sukses, akan lebih mudah bagi kita untuk meyakinkan orang lain untuk berjuang juga. Dengan komitmen yang tinggi, kita tidak rentan terhadap godaan, hambatan, dan masalah, dan orang lain juga akan lebih percaya kepada kita sebagai pemimpin dengan melihat dedikasi kita pada tercapainya tujuan.
Keyakinan yang teguh, serta komitmen yang tinggi perlu ditunjang dengan upaya pengembangan diri yang berkelanjutan. Tanpa meng-update diri terhadap perkembangan yang terjadi, terutama di seputar bidang yang kita perjuangkan, kita akan terlibas oleh perubahan yang mengikuti perkembangan tersebut.
Itu tadi cara-cara untuk mewujudkan kepemimpinan kita terhadap diri kita sendiri. Kita hanya perlu melakukan beberapa hal.
Pertama, pahami diri untuk mengenal dengan baik nilai yang kita anut, keunggulan yang perlu dipertahankan ataupun ditingkatkan, dan kelemahan yang perlu diperbaiki. Kita juga perlu memiliki visi dan misi pribadi agar kita tahu ke arah mana kita harus memimpin diri sendiri.
Selanjutnya adalah mengelola diri, terutama dalam menentukan prioritas dan memperhitungkan aspek waktu. Yang terakhir adalah memiliki keyakinan dan komitmen tinggi untuk meraih sukses yang telah dicita-citakan serta selalu mengembangkan kemampuan kita untuk meraih apa yang kita cita-citakan.
Ingat, kita semua pasti pernah dan akan berperan sebagai pemimpin: di tempat kerja, di keluarga, di masyarakat. Namun, sebelum memimpin orang lain, kita perlu memiliki kemampuan untuk memimpin diri sendiri. Pastikan bahwa Anda pun bisa memimpin diri sendiri terlebih dahulu. Semoga Anda selalu dalam kesuksesan!
Pertama, pahami diri untuk mengenal dengan baik nilai yang kita anut, keunggulan yang perlu dipertahankan ataupun ditingkatkan, dan kelemahan yang perlu diperbaiki. Kita juga perlu memiliki visi dan misi pribadi agar kita tahu ke arah mana kita harus memimpin diri sendiri.
Selanjutnya adalah mengelola diri, terutama dalam menentukan prioritas dan memperhitungkan aspek waktu. Yang terakhir adalah memiliki keyakinan dan komitmen tinggi untuk meraih sukses yang telah dicita-citakan serta selalu mengembangkan kemampuan kita untuk meraih apa yang kita cita-citakan.
Ingat, kita semua pasti pernah dan akan berperan sebagai pemimpin: di tempat kerja, di keluarga, di masyarakat. Namun, sebelum memimpin orang lain, kita perlu memiliki kemampuan untuk memimpin diri sendiri. Pastikan bahwa Anda pun bisa memimpin diri sendiri terlebih dahulu. Semoga Anda selalu dalam kesuksesan!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar