Sabtu, 04 Desember 2010

Manajemen Belajar Di Perguruan Tinggi

Kiat Belajar Di Perguruan Tinggi

A. Cara Mengikuti Kuliah
1. Masuk Tepat Waktu
Cara kuliah di perguruan tinggi yang ikut mempengaruhi kesuksesan studi adalah masuk
kuliah tepat waktu. Masuk ruangan kuliah lima menit sebelum dosen datang dan masuk lebih baik
daripada terlambat. Mahasiswa yang lebih dulu masuk ruangan dapat mempersiapkan diri dan
menata peralatan yang diperlukan selama menerima kuliah dari dosen. Suasana hati tenang. Alam
pikiran dapat dicurahkan untuk menelaah ringkasan kuliah yang tersimpan dengan rapi dalam
catatan kuliah. Ketika dosen masuk, kita sudah siap secara fisik maupun mental untuk menerima
kuliah dari dosen. Konsentrasi dapat didayagunakan untuk menyerap pokok-pokok bahasan dari
bahan kuliah yang disampaikan oleh dosen.
Mahasiswa yang terlambat masuk kuliah akan mendapatkan kerugian, tidak hanya
tertinggal mencatat bahan kuliah, tetapi juga sukar mengerti pokok bahasan apa yang telah
disampaikan dan dibahas oleh dosen. Keadaan seperti ini biasanya sukar dihindari. Belum lagi
masalah beradaptasi dengan suasana ruangan kuliah dan mencari-cari di mana tempat duduk yang
masih kosong. Keterlambatan kita masuk kuliah cenderung mengganggu jalannya perkuliahan.
Boleh jadi dosen menghentikan pemberian bahan kuliah untuk sementara, karena terganggu oleh kita
yang masih belum juga mendapatkan kursi. Konsentrasi mahasiswa yang sedang menerima kuliah
terpecah karena terpancing memperhatikan perilaku kita yang lalu lalang, hilir mudik di sekitar kita.
2. Duduk di Kursi Depan
Pada umumnya kuliah diperguruan tinggi hanya memakai kursi tanpa meja, kecuali dosen
yang memakai kursi dan meja. Walaupun begitu, kursi-kursi tempat duduk itu sudah dirancang
demikian rupa sehingga dapat dipergunakan untuk menulis/mencatat. Pada sandaran untuk tumpuan
tangan kanan bentuknya diperlebar sebatas keperluan meletakkan buku catatan. Itulah yang dapat
dipergunakan sebagai meja untuk menulis atau mencatat materi kuliah.
Ketika perkuliahan sedang berlangsung di kursi-kursi itulah para mahasiswa duduk berjajar
dari kiri ke kanan, dari depan ke belakang. Dalam memberi kulaih, dosen biasanya tidak
menggunakan alat pengeras suara. Hal ini jelas, hanya dapat didengar jelas oleh mahasiswa tertentu.
Mahasiswa yang duduk di kursi depan tentu lebih jelas mendengarkan apa yang diceramahkan
dosen. Sedangkan mahasiswa yang duduk di kursi paling belakang kurang jelas mendengarkan apa
yang diceramahkan dosen. Dalam hal daya jangkau ketajaman pandangan mata, jelas mereka yhang
duduk di kursi depan lebih jelas melihat apa yang dosen tuliskan di papan tulis. Sedangkan bagi
mahasiswa yang duduk di kursi belakang terkadang kurang dapat melihat dengan jelas apa yang
dosen tuliskan di papan tulis.
Duduk di kursi depan lebih banyak membantu untuk meningkatkan konsentrasi dan dapat
memperkecil berbagai macam gangguan yang tidak diinginkan. Suara dosen yang rendah dapat
didengar. Tulisan yang terlalu kecil atau cukup kecil pun dapat dilihat tanpa harus bertanya kepada
mahasiswa yang duduk di samping kiri atau kanan, muka atau belakang. Dalam hal untuk
memperoleh kesempatan bertanya lebih besar kemungkinannya. Lain halnya bagi mahasiswa yang duduk di kursi belakang. Mereka tentu merasakan kurang dapat mendengar apa yang dosen jelaskan. Kurang dapat melihat tulisan yang cukup kecil yang dosen tuliskan di papan tulis.
3. Mendengarkan Ceramah Dosen
Pada umumnya kuliah diperguruan tinggi lebih banyak mendengarkan. Dosen lebih banyak berceramah daripada menggunakan metode tanya jawab. Ini berarti metode ceramah adalah metode yang utama di perguruan tinggi. Inilah gambaran yang selama ini terlihat bila perkuliahan di dalam ruangan.Akibat metode ceramah yang dipergunakan dosen dalam menyampaikan materi kuliah, maka mahasiswa diharuskan menjadi pendengar yang baik. Tidak dibenarkan berbincang-bincang
sekali waktu ketika dosen sedang memberikan ceramahnya. Sebab hal ini akan mengganggu
jalannya prkuliahan. Selain merugikan diri sendiri, juga merugikan mahasiswa lain yang ada di
sekitar mahasiswa yang berbincang-bincang tersebut. Bila dosen mengetahui ada di antara
mahasiswa yang berbicara, maka dosen tersebut pasti akan menegurnya agar jangan berbicara. Inilah
sisi tertentu yang menjadi titik kelemahan metode ceramah. Oleh karena itu, metode ceramah
menuntut kepada objeknya menjadi pendengar yang baik.
Tetapi terlepas dari permasalahan dapat menyerap atau tidak terhadap isi yang
diceramahkan oleh dosen, yang pasti aktivitas mendengarkan materi yang diceramahkan oleh dosen
adalah penting selama mengikuti kuliah di dalam suatu ruangan. Bila tidak, maka sia-sialah
mengikuti kuliah selama sekitar dua jam atau lebih.
4. Mencatat Hal-hal yang Penting
Dalam mengikuti kuliah, tidak semua apa yang dosen ceramahkan harus dicatat. Kata demi kata atau kalimat demi kalimat dicatat, tidak diadakan pemilihan mana yang penting dan mana yang tidak penting, adalah cara mencatat yang kurang tepat. Seharusnya dicari mana informasi fokusnya dan mana yang bukan. Dengan cara begitu, maka mahasiswa tidak perlu mencatat semua apa yang dosen sampaikan. Cukup hal-hal yang dianggap penting saja.
Pikiran-pikiran tambahan yang timbul dari diri sendiri karena asosiasi bahan kuliah yang didengar, baik berbentuk penambahan, sanggahan, ataupun pertanyaan sebaiknya dicatat sebagai nilai tambah dalam membuka wawasan. Pikiran-pikirann tambahan ini biasanya muncul pada pertemuan-pertemuan tertentu selama ada bahan apersepsi di dalam diri mahasiswa.
Agar permasalahan di atas menjadi jelas, ada baiknya dibutiri sebagai berikut.
a.       Mencatat semua hal yang penting saja, dan yang lansung berhubungan dengan pokok
pembicaraan. Bersikap pendengar aktif.
b.       Mencatat pikiran-pikiran tambahan yang timbul dari diri sendiri karena asosiasi bahan kuliah
yang didengar, baik berbentuk penambahan, sanggahan, ataupun pertanyaan.
      c.   Sekaligus menyusun pikirannya dan menggolongkan bahan itu dalam catatan, tanpa
mengharapkan bantuan catatan orang lain. Demikianlah uraian ini semoga bermanfaat..

5. Mencatat Hal-hal yang Belum Jelas
Dalam menyampaikan materi kuliah, dosen pasti menempatkan penekanan pada
permasalahan tertentu. Hal-hal lainnya yang dosen anggap kurang penting biasanya tidak diberikan
penekanan yang berarti. Hal ini yang memberikan perbedaan dalam penjelasannya. Materi yang
dosen anggap penting diuraikan secara panjang dan lebar. Sedangkan materi yang dosen anggap
kurang penting cukup disinggung saja.
Bagi mahasiswa, hal-hal yang belum jelas tidak mesti berpangkal dari penjelasan yang
kurang memadai, tetapi bisa juga dari penjelasan secara panjang dan lebar. Perlukah hal itu
dipermasalahkan? Hal itu perlu dipermasalahkan selama berhubungan dengan pokok permasalahan
yang menjadi tujuan dari perkuliah. Bila tidak ada hubungannya, sebaiknya abaikan saja, kecuali hal
itu sebagai perantara untuk meningkatkan pemahaman atas materi yangdikuliahkan.
Permasalahan-permasalahan yang belum jelas dan masih berhubungan dengan tujuan kuliah
itulah yang perlu dicatat. Pemecahannya tergantung kepada mahasiswa, apakah bertanya dengan
teman di luar jam kuliah, apakah dengan membaca buku untuk menjawabnya, atau mengajukan
pertanyaannya kepada dosen sewaktu kuliah berlangsung dan tentu saja kesempatan untuk bertanya
itu disediakan.
6. Bertanya Jika Ada Pertanyaan
Kesempatan untuk bertanya terbuka, maka ajukanlah pertanyaan yang bertolak dari
permasalahan yang belum jelas itu. Jangan takut dan jangan gentar. Jangan gugup dan jangan ragu.
Yakinkan bahwa itu memang permasalahan yang patut untuk dipertanyakan pada dosen.
Banyak mahasiswa yang takut bertanya tentang hal-hal yang dirsakannya belum jelas,
sehingga menjadi beban berkepanjangan. Permasalahan materi kuliah yang lama belum terpecahkan
muncul lagi permasalahan materi
kuliah yang baru. Akhirnya, semua masalah itu menjadi teka-teki
yang memecahkan konsentrasi sebagai akibat takut bertanya dan kurang kreatif mencari alternatif
pemecahannya..
7. Ajukan Tanggapan Balik jika Perlu
Sebagai embrio intelektual muda, mahasiswa tidak selalu menerima apa yang dosen
sampaikan dalam perkuliahan, walaupun dituntut sebagai pendengar yangbaik. Karena apa yang
dosen sampaikan itu belum tentu sesuai dengan pendapat sendiri. Sekali waktu tentu ada saja materi
yang diceramahkan dosen bertentangan dengan pendapat sendiri disebabkan sudut pandangyang
berbeda. Perbedaan itu disebabkan adanya bahan apersepsi yang telah ditemukan dalam berbagai
literatur yang telah dibaca sebelumnya.
Hal-hal yang bertentangan dengan pendapat sendiri, dan hal-hal yang ingin ditambahkan
dari apa yang dosen ceramahkan merupakan momen yang tepat dan landasan yang baik untuk
memberikan tanggapan atas apa yang dosen ceramahkan. Tanggapan di sini jangan disamakan
dengan mengajukan pertanyaan pada dosen walaupun pada dasarnya keduanya sama. Tanggapan
lebih umum sifatnya daripada bertanya. Bertanya berada dalam ruang lingkup tanggapan. Jadi, bila
bertanya pasti memberikan tanggapan. Tetapi bila memberikan tanggapan belum tentu bertanya.
Dengan memberikan tanggapan atas apa yang dosen ceramahkan akan menghidupkan
suasana kuliah. Dan hal inilah yang diharapkan dosen dari setiap mahasiswanya. Dosen selalu
bertanya dalam dirinya, apakah mahasiswanya mengerti terhadap materi yang disampaikan atau
apakah dapat diserap sebagian besar materi yang diterangkan dalam jangka waktu tertentu, bila dari
mahasiswanya tidak memberikan tnggapan atas apa yang dia sampaikan.
Mahasiswa yang kreatif  biasanya senang bila diberikan kesempatan untuk memberikan
tanggapan, entah tanggapan itu dalam bentuk sanggahan atau sanggahan. Tentu saj asanggahan itu
tidaksekedar sanggahan, tetapi sanggahan yang disertai dengan alas an-alasan yang argumentatif
dengan pegangan dalil, konsep atau prinsip, atau dengan mengutip pendapat seorang ahli. Tambahan
diberikan sebagai pelengkap dari uraian yang dosen sampaikan, bukan mencari kesalahan dan
kelemahan dosen.
8. Mencatat Penugasan dari Dosen
Selama mahasiswa berkuliah diperguruan tinggi pasti tidak pernah sepi dari berbagai
macam penugasan yang harus diterima dari setiap dosen. Tidak ada satupun dosen yang tidak
memberikan penugasan pada mahasiswa. Paling tidak penugasan itu berhubungan dengan tugas
pembuatan paper terstruktur (paper wajib).
Untuk dosen-dosen tertentu ada juga yang menugaskan kepada mahasiswa untuk membuat
ringkasan kuliah (ihtisar) atau resume atau mengkliping artikel beserta tanggapannya. Hal ini tidak
bisa tidak harus mahasiswa kerjakan sesuai dengan jangka waktu yang ditetapkan jangka waktunya.
Mengabaikannya sudah pasti dijamin tidak lulus untuk suatu mata kuliah. Dosen tidak mau tau
kenapa tugas wajib tidak dikerjakan. Yang dia tahu hanyalah tidak mengrjakan tugas yang
diperintahkan. Karena tidak mengerjakan tugas berarti menentang peraturan. Jadi, wajar saja tidak
diluluskan.
Keterlambatan menyelesaikan tugas boleh jadi disebabkan lupa, karena tidak mempunyai
catatan dalam agenda catatan. Tidak membuat tugas dalam bentuk paper bisa juga disebabkan tidak
mencatat penugasan itu sewaktu dosen menyampaikannya di ruang kuliah, dengan alas an dapat
diingat dengan otak. Jangan terlalu percaya dengan daya ingat otak. Ingatan manusia terbatas.
Kekuatan catatan relatif lama. Maka catatlah semua penugasan dari dosen, sehingga dapat
memperhitungkan pengerjaan dan penyelesaiannya. Jangan menunda-nunda pengerjaan, karena hal
itu akan membebani pikiran. Pekerjaan mengingat-ingat sesuatu yang belum diselesaikan adalah
kegiatan yang melelahkan kerja otak dan memngganggu mengerahkan konsentrasi dalam belajar.
Akhirnya penugasan dari dosen lebih baik dicatat di dalam agenda dari pada
mempercayakannya pada kekuatan ingatan sebelum acara diskusi. Orangnya diakui mampu membuat makalah dan mempertahankan di depan
peserta diskusi.
Ketika diskusi berlangsung bukan hanya pemakalah yang memegang makalahnya, tetapi
juga setiap peserta memiliki makalah. Makalah itu harus sudah ada ditangan peserta dua hari
sebelum acara diskusi dimulai. Apabila dalam acara diskusi hanya pemakalah yang mempunyai
makalahnya, sedangkan semua peserta tidak memilikinya, maka diskusi yang akan dilaksanakan
kurang semarak. Karena sebagian besar peserta kurang munguasai masalahnya, akibat pada hari
sebelum pelaksanaan diskusi tidak ada makalah yang seharusnya mereka baca.
Dalam acara diskusi, setiap peserta harus sudah mengetahui dan meguasai masalah yang
akan didiskusikan. Jangan datang keacara diskusi dengan pemikiran kosong, sehingga pada akhirnya
hanya bertindak sebagai peserta pasif. Berlaku pasif dalam diskusi tidak benar. Ada pendapat tetapi
selalu mengikuti pendapat peserta terdahulu, adalah suatu sikap yang kurang baik. Apalagi
mengikuti pendapat orang lain itu tidak disertai dengan pendapat yang argumentatif.
Diskusi mempunyai andil yang besar dalam membentuk kepribadian mahasiswa.
Mahasiswa yang terbiasa diskusi tidak mempunyai masalah dalam hal mengemukakan pendapat di
forum-forum tertentu. Misalnya dalam acara diskusi panel, sarasehan, seminar, atau dalam acara
loka karya. Soal bermain kata-kata atau kalimat juga tidak diragukan dapat memukai para
pendengar. Ketika tampil ditengah-tengah masyarakat bukannya gugup, tetapi dengan sikap tenang
dan meyakinkan, percaya diri sendiri dan jauh dari psimistis.
9. Selesaikan Tugas Tepat Waktu
Semua tugas yang dosen berikan harus dilaksanakan dan diselesaikan tepat pada waktunya.
Jangan mengeluh dengan melihat tugas-tugas yang bertumpuk-tumpuk yang diberikan oleh setiap
dosen. Karena tidak ada seorang dosen pun yang memberikan tugas tanpa tenggang waktu. Dosen
biasanya memberikan batas waktunya cukup lama. Tidak ada yang menghendaki tugasnya harus
diselesaikan selama satu hari dan dikumpulkan pada besok harinya. Kecuali mahasiswa itu sendiri
yang menghendaki tugas itu diselesaikan dalam waktu satu hari. Kalaupun yang disebutkan terkhir
ini ada, tetapi sangat jarang terjadi atas diri mahasiswa. Apalagi ditambah dengan kekurangan atau
ketiadaan literatur sebagai bahan rujukan.
Sekiranya masih ada waktu yang tersisa dalam menyelesaikan tugas yang satu, sebaiknya
waktu yang tersisa itu digunakan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang belum selesai. Tugas yang
diselesaikan lebih awal adalah lebih baik daripada menunda-nunda penyelesainnya. Menunda-nunda
penyelesaian tugas-tugas kuliah adalah suatu sikap yang kurang menguntungkan. Banyak mahasiswa
yang resah dan gelisah akibat menunda-nunda penyelesaian tugas-tugas. Tidur kurang nyenyak,
duduk tidak tenang, berjalan diburu-buru waktu, istirahat tidak sepenuhnya dapat dinikmati, dan
sebagainya.
Satu hal yang perlu diperhatikan bahwa penyelesaian tugas jauh-jauh hari memudahkan
memudahkan mengadakan perbaikan jika ada kesalahan di dalamnya. Sekiranya tugas yang
diselesaikan itu paper, maka paper itu dapat diperbaiki bila kesalahan yang terjadi pada kata-kata
atau kalimat, pada daftar isi, pada kata pengantar, pada bab I, atau pada bab-bab berikutnya.
10. Membentuk Kelompok Belajar
Karena setiap mahasiswa dituntut untuk kreatif maka membentuk kelompok studi adalah
sebagai jawabannya. Kelompok studi memegang peranan yang cukup penting dalam menunjang
kesuksesan studi mahasiswa diperguruan tinggi. Bahan manfaat yang dapat dipetik dari kegiatan ini,
misalnya setiap masalah yang tidak dapat dipecahkan sendirian, dapat dipecahkan dalam kelompok
studi, kelemahan terhadap suatu bidang studi atau mata kuliah tertentu dapat diperbaiki dengan
bantuan kawan sekelompok, dapat dijadikan sebagai wadah konpetisi yang sehat diantara kawan
sekelompok, motifasi belajar menjadi meningkat, dapat merasakan senasib dan sepenanggungan,
dan sebagainya.
Membentuk kelompok studi berarti melatih diri untuk berorganisai. Kelompok studi yang baik adalah bila semua anggota terkordinasi dengan baik, kelompok studi itu didukung pula oleh kebutuhan anggota yang sama. Agar kelompok studi tetap langgeng, sebaiknya tentukanlah ketua,
sekretaris, dan bendahara berdasarkan kesepakatan bersama. Kemudian untuk Pembina, tentukanlah
pula. Pembina sebaiknya seorang dosen yang berkepribadian terbuka untuk membina.
Masalah pelaksanaan kegiatan studi tidak harus setiap hari. Terlalu sering pertemuan kurang
baik, sebab hal itu bisa mengganggu kegiatan perkuliahan. Alokasi waktu yang baik adalah tidak
bertabrakan dengan jadwal kuliah untuk masing-masing anggota. Dalam hal ini yang tepat adalah
pada hari Minggu. Tetapi tidak menutup kemungkinan pada hari-hari lain, selama tidak mengganggu
waktu perkuliahan. Pertemuan tengah bulanan perlu dilakukan agar komunikasi antara anggota tidak
terputus. Keakraban anggota menjadi lebih terjamin. Berbagai persoalan studi anggota dapat
dimonitor dalam agenda kesulitan studi mahasiswa.
11. Kenali Tipe Dosen
Dosen diperguruan tinggi tidak hanya satu, dua atau tiga orang, tetapi dalam jumlah yang cukup
banyak. Setiap dosen mempunyai sikap, pembawaan, gaya bicara dan penampilan. Mereka
mempunyai cirri khas masing-masing, hanya pada unsur-unsur tertentu yang mempunyai kesamaan.
Misalnya mengenai jenis kelamin, mata, telinga, mulut, dan sebagainya. Wawasan keilmuan setiap
dosen berbeda-beda, setiap dosen berfariasi dalam menanggapi masalah, gaya-gaya mengajar
mereka berlainan, suara mereka ada yang nyaring dan ada pula yang cukup nyaring. Dalam
mengajar, ada yang duduk saja dikursi sambil menjelaskan materi kuliah dan ada pula yang duduk,
berdiri, menuliskan sesuatu di papan tulis, dan sebagainya. Sikap mereka terkadang ada yang
terbuka dengan mahasiswa dan ada pula yang tertutup.
Mahasiswa sebaiknya mengetahui kepribadian dosen sebagaimana disebutkan di atas.
Pengetahuan yang demikian dapat dimanfaatkan untuk menyusun taktik belajar diperguruan tinggi.
Mahasiswa yang tidak mau tahu dengan gaya-gaya mengajar dosen akan sulit menyerap bahan
kuliah. Mahasiswa yang tidak menguasai gaya bahasa dosen juga mengalami kesukaran mencari
pokok pikiran dari apa yang dikatakannya.
12 .Kreatif Berdialog dengan Dosen
Dosen yang memberikan sejumlah ilmu jangan dijauhi, tetapi harus didekati, dengan begitu
akan terjalin keakraban antara dosen dengan mahasiswa. Saling kenal- mengenal kepribadian
masing-masing akan memudahkan dalam mengadakan penyesuaian. Pengertian pun akhirnya
tumbuh. Dosen merasakan mahasiswa sebagai anak didiknya, dan mahasiswa pun merasakan dosen
sebagai orang tuanya.
Saling keterbukaan yang bertolak dari saling pengertian akan melahirkan dialog. Mahasiswa
tidak merasa takut berkonsultasi dengan dosen, karena dosen tidak menutup diri dengan dalih
banyak pekerjaan atau karena tidak ingin selalu diburu-buru oleh mahasiswa. Tentu saja konsultasi
di sini tanpa tempat yang pasti. Di mana saja mahasiswa dapat berkonsultasi dengan dosen.Entah
ketika di jalan, di kantor, di warung, di sisi ruang kuliah, di bawah pohon, dan sebagainya, selama
ada kesempatan. Inilah konsep dialog kreatif mahasiswa dengan dosen yang dikehendaki. Sebab
hanya dengan cara inilah salah satu alternatif untuk membuka pintu keharmonisan. Bila tidak, maka
mahasiswa tetap mempunyai setumpuk persoalan dalam tanda tanya.
Oleh karena itu, mahasiswa harus mendatangi dosen di mana dia berada. Tetapi harus
diingat, jangan waktu dosen sedang sibuk dengan tugas-tugasnya. Carilah waktu-waktu senggang
atau lowong, sehingga dapat leluasa berdialog. Dialog ilmu sesuai dengan keahlian dosen. Jangan
asal berdialog tanpa tujuan yang jelas. Tentukan apa yang ingin dicari, baru berdialog dengan dosen.
Itulah caranya.
13 . Memanfaatkan Perpustakaan Perguruan Tinggi
Setiap perguruan tinggi/universitas pasti mempunyai perpustakaan, baik di daerah ibu kota
maupun di setiap propinsi di Indonesia. Tak peduli apakah perguruan tinggi itu sudah maju atau belum. Hanya yang membedakannya adalah lengkap tidaknya literatur yang mengisinya. Tertata
tidaknya administrasi di dalamnya, baik tidaknya layanan personel perpustakaan melayani
pengunjungnya setiap hari dan waktu dan bahkan setiap menit.
Sebagai mahasiswa yang dikaderkan sebagai kader bangsa yang intelektual, ironis sekali
tidak pernah berkunjung untuk membaca dan meminjam literatur di perpustakaan. Ini namanya saja
mahasiswa yang bergelar "maha", tetapi kurang memanfaatkan lahan ilmu. Terbuai dengan kata
"maha" dan lupa daratan. Mahasiswa bukan sekedar simbol diri tanpa merasakan beban moral. Di
dalam kata mahasiswa tersimpan beban moral yang menuntut tanggung jawab dari pemiliknya.
Salah satu tuntutan moral yang harus mahasiswa jawab adalah membekali diri dengan ilmu
sebanyak-banyaknya. Gudang ilmu yang dapat dilihat dan dikunjungi adalah perpustakaan. Ke
sanalah mahasiswa harus berkiblat dalam rangka menimba ilmu.
Perpustakaan dengan semua pustakanya telah disiapkan oleh pemimpin perguruan tinggi
bagi kepentingan mahasiswa selama berkuliah di sana. Setiap hari dibuka untuk memberikan
pelayanan kepada mahasiswa yang ingin membaca buku, meminjam buku, berdiskusi dan
sebagainya. Keterbukaan itu sebaiknya ditanggapi juga dengan sikap terbuka segera membuka diri.
Sehingga perpustakaan benar-benar berarti di perguruan tinggi.
Mahasiswa jangan terlalu berharap untuk mendapatkan prestasi belajar yang baik
berdasarkan ilmu, tanpa memanfaatkan perpustakaan. Kecuali Indeks Prestasi Komulatif (IPK) itu
didapatkan dengan cara yang curang. IPK yang didapat berdasarkan cara-cara kecurangan bukanlah
prestasi belajar yang sejati. Hanya prestasi belajar yang didapatkan dengan memanfaatkan ilmulah
yang bisa dikatakan prestasi belajar yang sejati.
Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda ingin menjadi mahasiswa yang bermental ilmu dan
bersikap intelektual? Jawablah sendiri!
I. Mengenal Tradisi Perguruan Tinggi
Setiap perguruan tinggi memiliki tradisi. Tradisi adalah kebiasaan-kebiasaan yang berlaku
turun temurun. Di perguruan tinggi tradisi yang sering dilihat adalah kegiatan dies natalis, lomba
karya tulis ilmiah, melakukan penelitian, yudicium sarjana, wisuda sarjana, pengabdian pada
masyarakat, dan sebagainya.
Selain tradisi-tradisi di atas, tradisi perbaikan nilai adalah tradisi yang juga ada pada
perguruan tinggi tertentu. Tradisi yang satu ini adalah tradisi yang menggembirakan bagi mahasiswa.
Sebab tradisi ini memberikan kesempatan kepada mahasiswa yang mempunyai nilai cukup (C)
untuk memperbaikinya pada semester mendatang untuk mata kuliah yang sama. Artinya, mahasiswa
boleh mengikuti kuliah untuk mata kuliah yang pada semester lalu mendapat nilai cukup (C).
perbaikan nilai dimaksudkan di sini bukan dosen yang memberi nilai kepada mahasiswa yang
bersangkutan, tetapi mahasiswa itu sendiri yang berusaha untuk memperbaiki nilainya dengan cara
menguasai materi kuliah yang diberikan dosen. Sekiranya tidak menguasai materi kuliah dan tidak
dapat menjawab sebagian besar soal-soal yang diajukan dosen dan kemudian dosen memberikan
skor C adalah resiko. Jadi, jangan sangkal dan menyalahkan dosen dalam hal ini.
Tradisi ini hanya untuk diketahui dan sebaiknya jangan terlalu berharap. Lebih baik
mendapat nilai baik dari awal daripada mendapat nilai baik sesudah perbaikan. Tetapi tidak ada
salahnya nilai yang cukup itu diperbaiki sementara ada kesempatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar